Prasangka Baik Menepis Provokasi

Mungkin ada suatu masa ketika kita dihadapi oleh permasalahan provokasi dan berita-berita yang mencoreng citra saudara kita, atau orang-orang di sekitar kita.


Di masa Rasulullah SAW, pernah terjadi ‘berita miring’ yang mencoreng nama baik ibunda 'Aisyah ra: tersebarnya desas-desus bahwa Aisyah ra ‘having an affair’ dengan salah seorang sahabat Rasulullah SAW. Hal tersebut terjadi ketika orang-orang melihat Aisyah berjalan berdua dengan seorang laki-laki. Lebih tepatnya, waktu itu Aisyah ra dilihat sedang menunggangi unta yang dituntun oleh Shafwan bin Mu’aththal ra.


Kenyataan sebenarnya, saat itu Aisyah sedang tertinggal di belakang ketika ikut dalam rombongan sebuah kafilah yang Rasulullah SAW ada di dalamnya. Sebuah kebetulan, saat itu Shafwan ra yang sedang bertugas di belakang rombongan menemukan beliau ('Aisyah ra) ketika melewati tempat 'Aisyah tertinggal. Dan Allah menjadi saksi atas kebenaran hal tersebut, ketika DIA (SWT) berfirman dalam sebuah wahyu yang IA turunkan berkaitan dengan perkara ini: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga...” [QS. AnNuur: 11].


Kasihan sekali 'Aisyah. Malam hari ketika ia mendengar isu provokatif tersebut tersebar, ia menangis sampai pagi dan tidak bisa tidur. Hubungan beliau dengan suaminya (Rasulullah SAW) pun terasa hambar dan merenggang. Walau, di satu sisi, Rasulullah SAW juga coba bertanya kepada orang-orang di sekitar beliau (SAW) tentang 'Aisyah, dan tetap coba membelanya dengan berprasangka baik.


Sebuah pelajaran yang dapat kita ambil dari reaksi beliau (SAW) terhadap isu tersebut -yang dapat kita perhatikan dari hambarnya hubungan rumah tangga beliau SAW dengan A'isyah- adalah bahwa Rasulullah SAW adalah manusia biasa. Reaksi tersebut adalah reaksi beliau (SAW) sebagai manusia biasa yang tidak mengetahui hal yang ghaib.


Pelajaran lain dari peristiwa tersebut yg dapat kita ambil hikmahnya adalah beberapa kaidah dalam perkara isu provokatif:

1. Bahwa data memang ada (yaitu Aisyah RA berjalan berdua dengan Shafwan RA), namun data tsb -oleh orang yang menyebarkannya- tidak dikonfirmasi dahulu kepada sumbernya.

2. Kenapa itu sampai terjadi? Lalu kalaupun mereka memang berjalan berdua (tepatnya Shafwan RA menuntun Unta yang membawa Aisyah RA) maka apakah penyebabnya? Lalu apakah benar itu dilakukan oleh mereka dengan sengaja? Lalu apa saja yang mereka lakukan dalam perjalanan tsb? Dst.


Sering kali, sebagai manusia biasa, seseorang terlalu cepat mengambil kesimpulan negatif tanpa ‘check and re-check’ (tabayun) terlebih dahulu, tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut kepada orang yang bersangkutan. Hal ini perlu dihindari, untuk menghindarkan diri kita dari termakan ghibah (gosip buruk yg tidak benar) dan namimah (membicarakan aib orang lain).


Untuk itu, Allah SWT menganjurkan kita untuk mengedepankan prasangka baik. Dengan berusaha berprasangka baik, mudah-mudahan Allah SWT mengangkat 'ganjalan' perasaan yang ada di dalam hati kita terhadap orang yang bersangkutan. 'Ganjalan' dalam hubungan pun, insya Allah akan ter-minimalisir.


“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa” [QS. Al Hujurat: 12]


- - - - - - - - -

“Dan janganlah Engkau tanamkan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman...” [QS Al Hasyr: 10]


Sumber:

Sirah Nabawiyah (buku)

Virus-Virus Ukhuwah (buku)

“MAWQIF AD-DU’AT NAHWA AL-‘IFKI” (artikel) oleh Ust. Nabiel Fuad

Labels:

0 Comments:

<< Home